Guru Seni Budaya SMP Cendana Pekanbaru
Email : rikoartchemistry@gmail.com
Guru merupakan pemeran utama dalam pelaksanaan proses pendidikan dan sekaligus menjadi kunci keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Guru dalam proses pembelajarannya merupakan unsur penting dalam proses pencapaian kurikulum agar dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yakni: mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Serta tujuan dari kurikulum 2013 yaitu: mencetak peserta didik yang cesdas spiritual, cerdas sosial, cerdas pengetahuan, dan cerdas keterampilan. Sehubungan dengan itu, untuk mensukseskan pendidikan, Dengan demikian guru yang cerdaslah yang mampu untuk mencetak peserta didik yang cerdas.
Melihat kenyataan ini, peran guru seni sebagai salah seorang pendidik yang banyak menawarkan kompetensinya kepada peserta didik, harus mampu memberikan pembelajaran yang berbasis teknologi, karena era revolusi 4.0 yang berkembang saat ini menuntut guru seni untuk menggunakan teknologi digital dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan, bahwa masih ada guru-guru seni yang belum bisa memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajarannya, sehingga kompetensi mereka tergiling oleh proses perkembangan teknologi yang semakin canggih dan berkembang sangat pesat. Sebab memang kompetensi guru seni saat ini masih tergantung pada nilai-nilai, lingkungan, sosial budaya, situasi kehidupan, serta tujuan atau harapan dari masyarakat.
Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan berat bagi guru-guru seni saat ini. Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, pendidikan merupakan tantangan terbesar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Pendidikan dan pembelajaran yang syarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasi, akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran harus diubah agar kelak peserta didik mampu mengungguli kecerdasan mesin sekaligus mampu bersikap bijak dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan.
Dunia pendidikan di era revolusi 4.0, guru seni harus cerdas menyikapi situasi dan keadaan sesuai perkembangan zaman. Guru seni dalam menjalankan tugasnya sebagai salah satu pembentuk karakter peserta didik. Karakteristik yang harus dimiliki guru seni yang cerdas antara lain: Pertama, kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebuah ide kreatif seorang guru sangat diperlukan untuk dapat mengubah situasi pembelajaran menjadi menarik dan efektif sekaligus mengajak siswa lebih aktif. Jika saat ini adalah era teknologi digital, ada kemungkinan ide pembelajaran yang kita kembangkan adalah lebih banyak berhubungan dengan teknologi digital karena secara mayoritas peserta didik akan lebih tertarik menghadapi sesuatu yang up to date. Dalam era globalisasi persoalan-persoalan yang muncul dalam pembelajaran salah satunya harus diantisipasi dengan inovasi-inovasi terhadap model pembelajaran atau media pembelajaran. (Tyas Kusuma, Kompasiana).
Kedua, penuh dengan inovatif. Guru sebagai inovator pembelajaran mau tidak mau harus meningkatkan kemampuan diantaranya: a. Teknologi yang merupakan kekuatan pendorong terhadap inovasi dan kesuksesan. Teknologi memang merupakan salah satu sumber inovasi, akan tetapi bukanlah satu-satunya. Kenyataannya saat ini banyak guru yang berupaya meraih keberhasilan untuk berinovasi. b. Ada kreativitas yang tergantung gagasan-gagasan yang dimunculkan. Seorang inovator adalah orang yang berhasil mengambil peluang-peluang untuk mewujudkan gagasan-gagasan yang ada dan secara realita dapat dikembangkan. (Tyas Kusuma, Kompasiana).
Ketiga, guru pembelajar. Guru pembelajar adalah guru ideal yang terus belajar dan mengembangkan (upgrade) diri di setiap saat dan dimanapun. Guru terus belajar dan mengembangkan diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang sejatinya setiap pendidik atau guru adalah pembelajar. Hanya dari guru yang terus belajar dan berkarya akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus menerus berkontribusi pada masyarakat di lingkungannya. Guru pembelajar adalah guru yang senantiasa terus menerus belajar selama dia mengabdikan dirinya di dunia pendidikan . Oleh karena itu ketika seorang guru memutuskan untuk berhenti atau tidak mau belajar maka pada saat itu dia berhenti menjadi guru atau pendidik. (Tuti Widiastuti, Kompasiana)
Ide kreatif guru seni sangat dituntut dalam inovasi model pembelajaran atau media pembelajaran. Artinya mengajar tidak lagi dengan cara konvensional, namun menggunakan aplikasi teknologi. Sebagai contoh: untuk guru seni rupa materi gambar perspektif, disain interior dan eksterior harus mampu menguasai aplikasi Corel Draw atau Photoshop. Untuk mendisain sebuah poster , flyer dan gambar sederhana dapat menggunakan aplikasi PictArt, Canva dan sebagainya. Untuk guru seni musik juga banyak aplikasi-aplikasi yang digunakan mulai dari merancang not hingga mengaransemen musik. Dalam menyampaikan materi-materi tersebut juga banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru seni, dalam bentuk chart, animasi atau video. Sehingga di tuntut juga seorang guru seni yang cerdas untuk mampu membuat atau mengedit video menggunakan berbagai aplikasi, seperti KineMaster, FilmoraGo, Adobe Premier Clip, Viva Video dan lain-lain yang dengan mudah dapat di unduh melalui App Store.
Dalam penyampaian materi atau model-model pembelajaran pun, seorang guru seni yang cerdas juga dituntut harus mampu melakukannya, baik secara langsung atau luring (luar jaringan) dan virtual atau daring (dalam jaringan). Dalam hal ini guru seni yang cerdas juga dituntut untuk mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengeksplor kompetensi ini kepada peserta didik, memiliki keterampilan komunikasi dan kolaboratif, dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan literasi teknologi informasi dan komunikasi.
Guru seni yang cerdas yang harus siap menghadapi era pendidikan 4.0 meskipun disibukkan oleh beban kurikulum dan administratif yang sangat padat. Jika tidak, maka generasi muda kita akan terus tertinggal dan efeknya tidak mampu bersaing menghadapi implikasi Revolusi Industri 4.0.