Merebaknya kasus pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sejak Desember 2019 sampai saat ini mengharuskaan semua proses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik untuk sementara waktu dilakukan di rumah. Hal itu perlu dilakukan guna meminimalisir kontak fisik secara massal sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Untuk mengisi kegiatan belajar mengajar yang harus diselesaikan pada tahun pelajaran ini, pemerintah mengambil kebijakan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh dengan media daring (dalam jaringan), baik menggunakan ponsel, PC, atau laptop.
Media daring dirasa sangat efektif sebagai langkah solutif untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan pendidikan. Guru tinggal memberikan soal yang nantinya dikirim melalui ponsel/laptop peserta didik atau orang tua. Kemudian peserta didik tinggal megerjakan tugas dari guru. Hasil pekerjaan atau tugas tersebut dikirim kembali kepada guru melalui WA, aplikasi, atau dikumpulkan pada saat masuk sekolah.
Muncul Permasalahan
Implementasi pembelajaran daring yang sudah berjalan beberapa pekan ini secara umum berjalan lancar. Kendati demikian, seiring perjalanan waktu sudah mencul banyak permasalahan. Di antaranya tugas guru yang terlalu banyak sampai keluhan soal kuota dan jaringan internet.
Tentu saja alangkah tidak bijak kalau serta merta menyalahkan para guru. Dalam situasi darurat, guru waktu itu harus bertindak cepat agar pembelajaran bisa berjalan efektif. Ponsel yang semula hanya sebagai media komunikasi, sekarang bermulti fungsi. Termasuk dalam memberikan materi dan tugas dalam durasi yang sangat pendek.
Apresiasi layak diberikan kepada guru, sekolah, dan peserta didik karena mereka bisa beradaptasi dengan cepat. Namun, seiring berjalannya waktu semua pihak perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal.
Beban Terukur
Banyaknya tugas dari guru seringkali menjadi keluhan dalam pembelajaran daring. Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu. Tentunya perlu diingat bahwa pembelajaran di kelas tidak setiap saat diisi dengan tugas atau mengerjakan soal dalam jumlah banyak. Guru bisa memberikan tugas mengamati, mencoba, dan menganalis, sehingga lebih menarik dan menantang.
Meskipun pembelajaran jarak jauh, sapaan, respon, dan umpan balik atau penghargaan terhadap tugas yang dikerjakan merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Jangan sampai ada asumsi, peserta didik merasa diperdayai karena banyaknya tugas yang diberikan, tetapi tidak ada umpan balik dari guru, seperti pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal tapi guru tidak mengoreksi.
Apresiasi kepada pekerjaan peserta didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran termasuk daring ini adalah pencapaian kompetensi peserta didik yang dikenal dengan 4 C, yaitu Critical thinking (berpikir kritis) yang mengarahkan peserta didik untuk untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving).
Creativity thinking (berpikir kreatif) dapat dimaknai guru dapat mendampingi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif.
Collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi). Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar peserta didik mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang.
Communication (berkomunikasi) dapat dimaknai sebagai kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif (Direktorat PSMK, 2019).
Tugas pembelajaran daring yang diberikan kepada peserta didik selayaknya menuju kecakapan abad 21 tersebut. Aplikasi ponsel seperti WhatsApp bukan lagi sekadar sarana memberi informasi searah. Tetapi targetnya yaitu sebagai sarana membangun berbagai kecakapan dalam 4C.
Pandemi Covid-19 kiranya bisa menjadi pintu masuk untuk mengubah pembelajaran tekstual menjadi kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan dapat menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka akan lebih memahami dan lebih memaknai pengetahuannya.
Dalam pelajaran matematika bisa diasah kemampuan membuat grafik perkembangan pandemi Covid-19 beserta prediksinya. Melalu pelajaran seni budaya bisa dilatih menganalisis dampak Covid-19 terhadap perkembangan seni pertunjukan dan alternatif solusinya. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia dilatih membuat proposal menggali dana bantuan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 atau membuat puisi, artikel, cerpen diharmonikan dengan situasi yang baru terjadi.
Dengan demikian, ketika peserta didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan memviralkan kepada publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan pendidikan karakter terutama nilai integritas sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati kepada sesama.
Harapannya, jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-tugas tanpa mampu berpikir dalam level tinggi.
Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring tersebut perlu adanya kerjasama sinergis antara guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang tua peserta didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel memadai dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan optimal.
Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.